Senin, 14 Januari 2008

melayani dengan hati

Sejatinya melayani adalah tujuan utama dari bekerja. Dari pembantu ( no offence to all domestic helpers) macam guyonan srimulat yang kudu duduk di lantai saat wawancanda dengan juragannya sampai presiden yang "katanya" melayani kebutuhan seluruh rakyat indonesia. Membuatkan kopi dan mengantarkannya ke meja atau bahkan membuat deretan panjang java script. Ide utamanya adalah melayani, semua orang bisa dan mampu. Melayani dengan hati ? tidak semua orang sadar apalagi mau melaksanakannya.

Ilustrasinya seperti yang saya alami beberapa hari yang lalu.
Sabtu pagi di salah satu pertigaan jalan, berhenti sebentar buat beli KOMPAS eceran . Selagi berhenti di pingir jalan, terdengar klakson truk. sekali, pendek, seperti menyapa seseorang. Si penjual, perempuan 40an, sigap berlari ke truk itu sambil mengacungkan korannya. Sambil balik ke saya, dia berkata, " maaf ya mas ditinggal, biasalah mereka itu. rajin ambil koran tapi ngutang terus. mana harus nguber biar tidak kedahuluan lampu hijau lagi" sambil tertawa lepas. Setelah mengembalikan sisa uang , masih sempat dia berkata " terima kasih mas, hati hati di jalan". Sebagai orang yang pernah jadi kuli di industri retail dan dicekoki jargon jargon consumer service, saya kagum pada ibu ini yang memberikan layanan yang melebihi dari uang yang dia peroleh.

Minggu pagi, di kios koran dekat rumah. "Koran KOMPAS nya masih ada?" kataku ke ibu yang sedang duduk santai di pintu kiosnya. Tanpa berkata apapun, dia menunjuk ke bagian dalam. Yo wis, saya masuk saja ke kiosnya. Ada beberapa tumpuk koran lokal, Kompas dan tabloid. Setelah mengambil satu, saya memberikan uang. diterimanya uang saya dan ia menuju ke meja tempat ia menyimpan uang. sementara itu sambil menunggu kembalian saya membalik balik beberapa tabloid dan menawarkan istri untuk membeli tabloid. tidak ada yang cocok, saya menoleh ke meja si ibu tadi. sambil duduk, dia mengacungkan kembalian saya. terpaksa saya mendatangi mejanya dan mengambil uang kembaliannya. sambil mengucapkan terima kasih, saya mengambil uang itu dari tangannya. selama itu tidak ada sepatah katapun yang diucapkannya.

jualan barang yang sama, harga yang sama dengan pelayanan yang jauh berbeda. sepertinya memang tidak semua orang menyadari bahwa sekadar senyum atau terima kasih lebih akan bisa memberi lebih banyak dari yang dibayangkan. bayangkan pula bila hal ini terjadi di kantor kantor pelayanan publik, yang merasa bahwa "customer" lebih membutuhkan mereka dan tidak menyadari bahwa gaji yang mereka terima didapat dari pajak yang dibayarkan oleh "customer" tersebut.

Dan kita masih bangga berkata bahwa kita, bangsa Indonesia, adalah bangsa yang ramah

cari lagu dari liriknya (3)

berbekal sebaris kata "the rock that drag you to the bottom of the ocean", dimulailah usaha untuk bertanya ke paman google. dari kombinasi "lyric" , "song" dan kata tersebut, semuanya gagal total. pencarian dialihkan ke "find song by lyric". dari sana ada alternatif mesin pencari untuk menemukan lagu dari liriknya. bahkan ada yang menawarkan untuk mencari lewat senandung(!) potongan lagunya. tentu saja, harus disediakan microphone dan program tertentu untuk bisa capture voice si peminta. tapi tetap saja lagu tersebut tidak saya temukan.
akhirnya lewat sini, ditemukan lagu ini berjudul Heavenly oleh Skylar Blue, band indie dari amrik
wonder what another things that you can find in the net......